Rahim Pengganti

Bab 13 "Status Baru"



Bab 13 "Status Baru"

0Bian dan Carissa pun pamit kepada sang Mama, tidak ada pembicaraan yang lebih dari keduanya. Carissa hanya diam, wanita itu menjadi lebih canggung dibandingkan sebelumnya, hingga mobil yang dikendarai oleh Bian berhenti di sebuah halte bis.     
0

"Kamu naik bis aja ya ke kantor. Aku harus ke rumah Della dulu," ucap Bian. Carissa menatap ke arah suaminya itu, lindahnya keluh tidak sanggup mengatakan sesuatu. Carissa pun segera turun, tanpa mengatakan apapun kepada suaminya itu.     

Brak     

Pintu mobil di tutup cukup keras oleh Carissa, setelah itu Bian segera meninggalkan Carissa dipinggir jalan. Setetes air matanya mengalir, sungguh kenapa sejak menikah dirinya menjadi seseorang yang begitu cengeng.     

Ini seperti bukan Carissa. Yang begitu mudah menangis, kenapa hatinya begitu sakit ketika mendengar ucapan Bian tadi.     

***     

Jam sudah menujukkan pukul 10.00 pagi namun, Carissa baru saja sampai di kantor. Beberapa orang bertanya tanya dengan kehadiran Carissa yang begitu sangat terlambat. Karena semua orang di sana tahu, bagaimana Carissa dalam bekerja.     

"Pagi mbak Caca. Tumben terlambat?" tanya Uci Resepsionis yang begitu humble orangnya. Carissa hanya menatap sejenak dan tersenyum, lalu melangkahkan kakinya menuju ruangannya. Uci kaget dengan apa yang di tampilkan Caca, gadis itu seperti tidak mengenal Carissa.     

"Mbak Caca kenapa? Apa ada hal buruk yang terjadi?" ucapnya.     

Carissa segera menekan tombol lift menuju ke ruangannya yang ada di lantai 15, ruangan Caca tepat di samping ruangan Bian. Sebagai seorang sekretaris, Caca begitu diberikan fasilitas yang terbaik. Saat tiba di lantai 15, dan pintu lift terbuka. Carissa dikagetkan dengan penampakan dua orang yang berhasil membuat harinya hancur hari ini.     

Siapa lagi kalau bukan Bian dan Della. Dengan senyuman yang begitu memaksa, Caca menarik bibirnya untuk mengembangkan sebuah senyuman.     

"Selamat pagi Pak, Bu," sapa Caca.     

Della tersenyum, lalu melangkahkan kakinya mendekat ke arah Caca dan memeluknya. "Selamat ya," ucap Della.     

"Selamat atas pernikahan. Semoga segera dapat momongan," sindir Della.     

Ucapan itu membuat beberapa orang staf yang ada di lantai 15 menoleh ke arah Carissa. Selain ruangan Bian dan dirinya, di lantai 15 ini juga ada ruang beberapa kepala bagian. Bian sengaja meletakkan semuanya di sana, supaya dirinya bisa mengawasi setiap gerak gerik karyawan.     

"Wih mbak Caca nikah kok gak undang undang," sahut seseorang.     

"Iya kenapa gak kasih kabar kita Ca? Pantesan aja loe cuti lama," ujar kepala keuangan.     

Caca terdiam dirinya bingung harus menjawab apa, ucapan yang dilontarkan oleh Della seolah menajdi Boomerang untuknya, rasanya Caca ingin mengatakan bahwa suaminya itu adalah Bian. Namun, hal tersebut tidak mungkin terjadi.     

"Saya menikah di luar kota, jadi maaf gak bisa undang. Nanti aja kalau kami ada rezeki, mau buat acara syukuran di sini," balas Caca.     

Semua orang di kantor tahu bagaimana keadaan Caca sebelumnya, dan untunglah mereka memaklumi hal itu. Sehingga semuanya, percaya dengan apa yang diucapkan oleh Caca.     

***     

Carissa masih fokus dengan layar komputernya, pekerjaannya hari ini sangat banyak. Proyek yang sebelumnya diajukan sudah mendapatkan hasil yang maksimal. Hal itu membuat Carissa semakin banyak pekerjaan.     

Tok     

Tok     

Tok     

Suara ketukan dari luar membuat, Carissa menatap ke arah pintu. Seseorang di luar sana masuk ke dalam ruangannya, seorang OB membawakan makanan untuk dirinya.     

"Permisi mbak. Ini makan siangnya," ujar OB tersebut.     

Dahi Carissa berkerut mendengar hal itu, menatap ke arah OB tersebut. Carissa memikirkan sesuatu, dirinya tidak memesan makanan tersebut namun, kenapa bisa makanan itu ada di ruangannya.     

"Tapi aku gak pesan makanannya pak," ujar Carissa.     

OB itu juga terkejut, karena dirinya hanya diberikan tugas untuk mengantarkan makanan tersebut, dirinya juga menjelaskan hal itu kepada Carissa.     

"Ya sudah letakkan di sana saja Pak. Makasih ya Pak," ucap Carissa. OB tersebut segera keluar dari ruangannya. Carissa kembali menatap layar komputernya, masih sangat banyak pekerjaan yang harus dirinya kerjaan saat ini.     

Waktu berlalu dengan sangat cepat, langit pun sudah mulai berubah menjadi gelap. Carissa saat ini sedang merebahkan dirinya di sofa ruangan kerjanya. Wanita itu tidak sadar ketika seseorang masuk ke dalam ruangannya.     

"Ca!!" panggilnya.     

Pria itu kaget ketika melihat raut wajah Carissa yang terlihat jelas kelelahannya. Tatapan mata pria itu jatuh ke arah makanan yang tadi dirinya pesan, makanan itu belum tersentuh sedikit pun, bahkan masih dalam posisi utuh seperti sebelumnya.     

Helaan napas berat terdengar jelas, Bian ya pria itu adalah Bian. Hari ini keduanya di sibukkan dengan urusn mereka masing masing. Membuat Caca dan Bian belum bertemu kecuali tadi pasti, itulah yang membuat Bian mengirim makan siang untuk istri barunya itu.     

Namun, apa yang dirinya lihat sungguh membuat Bian kesal dan marah. Caca tidak memakan makanan yang sudah dirinya beli, bahkan wanita itu tidak menyentuhnya sama sekali.     

"Ca!!" panggil Bian. Namun, Caca tidak bergerak sedikit pun. Bian pun mendekat ke arah istri muda nya itu, raut wajah Caca sangat cantik dilihat dari dekat apa lagi bibir ranum miliknya yang begitu merah dan menggoda. Bian beberapa kali, menelan salivanya akibat melihat hal itu, Bian mendekat wajahnya ke arah Caca.     

Saat kedua wajahnya sudah berjarak beberapa inci, mata Carissa terbuka. Hal itu membuat, Bian segera menjauhkan wajahnya.     

"Pak!!" ucap Caca panik.     

Bian terlihat salah tingkah, dirinya seolah sedang dipergoki sedang melakukan hal tercelah.     

"Sudah gelap waktunya pulang," ujar Bian dingin.     

***     

Selama diperjalanan tidak ada yang keduanya lakukan. Hanya suara mesin mobil yang menghiasi, kesunyian diantata keduanya. Hingga hujan turun sangat deras, membuat jalanan tiba tiba menjadi macet karena banyak motor motor yang berteduh di pinggir jalan.     

Sesekali Bian melirik ke arah Caca, entah kenapa pria itu merasakan ada sesuatu yang salah dari istrinya membuat Bian bingung akan sikap tersebut.     

Dua jam mereka di perjalanan hingga akhirny, keduanya sampai di rumah kedua orang tua Bian.     

"Assalamualaikum," ucap Caca. Wanita itu segera turun dari mobil, tanpa menunggu suaminya lagi.     

"Waalaikumsalam," jawab Mama Ratih dan Siska yang sedang duduk di ruang keluarga. Caca menyapa kedua orang tersebut, lalu pamit untuk masuk ke dalam kamarnya. Rasanya, Caca sangat penat hari ini. Wanita itu langsung masuk ke dalam kamar mandi, membersihkan dirinya.     

Ceklek     

Dua puluh menit berlalu, Caca keluar dari dal kar mandi raut wajahnya sudah terlihat sangat segar berbeda dari biasanya. Saat keluar, Caca melihat sang suami sudah ada di dalam kamar sedang memainkan ponselnya, sembari tersenyum menatap ponselnya.     

Mendengar suara pintu terbuka membuat, Bian menatap ke arah Caca yang sudah duduk di depan meja riasnya. Bian pun langsung beranjak dari tempat duduknya untuk masuk ke dalam kamar mandi.     

"Lelahnya," ucap Caca. Wanita itu langsung merebahkan dirinya diatas tempat tidur, rasanya badannya begitu lelah. Caca bahkan sudah lupa bahwa dirinya saat ini belum makan sedikit pun.     

##     

Hula. Aku datang lagi ya, silakan membaca jangan lupa tinggalkan review kalian yaa. Salam sehat untuk kalian semuanya, love you guys. Yang mau kasih power stone nya boleh juga kok, he he he.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.